Suatu hari,
jalan-jalan kian sepi
Pemuda-pemudi
naik lagi ke tempat sembunyi
Tak ada lagi
yang resah melihat pengemis di pinggir jalan cikini
Aku masih belum
lupa dengan wajah-wajah memelas pedagang di stasiun UI
Akupun masih
belum lupa wajah penjaja rokok dan miras yang masih muda-mudi
Jalan semakin jauh,
aku menjauh, di tempat yang lain lagi
Suatu ketika,
kelas-kelas telah sepi
Pemuda-pemudi
menghilangkan diri
Guru tak lagi
berarti
Bercuap dan
berteriak mengabdi namun seolah tiada arti
Dimana muda-mudi?
Dimana anak ibu
pertiwi?
Yang dulu gagah
bernyanyi dan bersaksi
Kini tak lagi
terdengar berbunyi
Dimana muda-mudi?
Dimana anak ibu
pertiwi?
Yang dulu
mencari ilmu kesana kemari
Kini guru hampir
mati mencari mereka kesana-sini
Jalan-jalan
telah sepi, menara-menara pemuas hati sesak terpenuhi
Katakan pemudamu
telah pergi, katakan anak-anak ibu pertiwi sudah mati.
Menangislah ibu-ibu
di malan hari
Mengamati buah
hati yang sibuk mencari kopi
Harap dalam doa
dan cinta ibu-ibu malam ini
Anaknya turun
dan menyapa pejalan kaki
Memberi setidaknya
sebuah senyuman di kelas-kelas pagi.
Pemuda-pemudaku,
sapalah rakyatmu di pinggir jalan-jalan sore hari
Pemuda-pemudaku,
masuklah kelas pagi-pagi.
Pemuda-pemudaku,
masuklah masjid tiap adzan memanggil
Pemuda-pemudaku,
penuhilah gereja ahad pagi
Pemuda-pemudaku,
bangunlah subuh-subuh.
Dien
Iqbal
Jakarta,
24 Juni 2013, 12:52 AM
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
0 komentar:
Posting Komentar