Catatan Lebah Muda

Catatan kecil pemuda di kaki langit

Jumat, 30 Desember 2011

Bukit dan Pencakar Langit



Angin, dalam gerak berjatuhan membawa dingin.
Dingin yang membaur dalam sepi kala menjemput satu persatu mereka yang kan pergi.
Pergi mencari suatu tanda dimana ada damai dalamnya.
Ada tawa yang takkan pernah usang
Sedangkan mereka masih sibuk mencari makan untuk menyumpal mulut mereka.
Mereka yang lupa bahwa ada asap pekat menghitam menyergap mimpi
Mimpi mereka yang masih ada di tetek ibunya.
Bukan kabut yang menyejukkan di kala pagi di lereng Gede, bukan pula Pangrango ataupun Rinjani.
Mata mereka itu hitam sepekat kopi yang diseduh pagi buta. Tak bersisa pandang meski ada paku didalamnya.
Mati saja lah kau jika matimu lebih baik daripada melihat si kecilku menangis lapar.
Bumi pertiwi nan agung laksana istana surga pun tak sudi menelan jasadmu, sampah.
Kami disini tak cari mati tapi akan selalu berhadapan dengan mati.
Biar saja kami mati dengan harga diri, menerbang tinggi jejak abadi kebesaran pertiwi.
Bukan denganmu, bukan. Aku dan bocah –bocah itu nanti. Demi cinta, demi damai, demi bunda.



Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

0 komentar:

Posting Komentar