Catatan Lebah Muda

Catatan kecil pemuda di kaki langit

Sabtu, 06 Oktober 2012

ELEGI KAMIS PAGI



Dunia dalam senyap, tak sunyi. Ramai belikat muram semuram air dalam cekungan bejana.
Lari berlari, kabur berantai. Menggenggam sendu malam riuh redam. Guncang dentum kamis pagi.
Hendak tua tapi tak lekas menua, sibuk mencari peran-peran sama yang sama juga mereka.
Karena tak lagi akan ada yang beda antara peran dan dusta. Semua sama tak terbias.
Kering kerontang menyapu tiap kerongkongan di sudut-sudut jalan, lapar adalah teman mereka.
Jangan Tanya pada siapa atau apa mereka berdiri mencari pengharapan di kamis pagi, di tepi jalan kamis pagi.
Jangan Tanya untuk siapa dan apa mereka bangun dan hidup di kamis pagi, di tepi jalan kamis pagi.
Semua tanda Tanya tak lekas terjawab, senyuman-senyuman rendah itu yang bercerita padaku, padamu, dan mereka yang mengerti sabda alam.
Hendak mereka tahu kepada siapa mereka kan meminta.
Hendak hanya bicara mereka-mereka yang diminta itu. Mereka hanya bicara. Di kamis pagi atau di senin pagi.
Bicaranya hanya bualan, bicaranya hanya retorika. Tapi masih banyak yg lapar dan kerontang. Mereka yang lapar dan kerontang.
Beda senyum kenyang dan kerontang.
Hendak bicara apalagikah? Bicarakah menahan lapar?
Aku pergi di kamis pagi, atau senin pagi, terserah sajalah.
Nyanyian masih sama saja, nyanyian lapar di pinggir jalan.
Lari-lari saja menghilang dalam gelap pekat tak berbekas.
Karena cinta hanya karena kasih ada hidup meski lapar dan kerontang.
Hendak kemana pria klimis berdasi merah itu akan pergi di kamis pagi?
Melihat wanita simpanannya atau menyapa ramah dan memberi sepiring nasi mereka yang lapar di pinggir jalan?
Kamis pagi, kan selalu ada tawa tangis, kenyang dan lapar.
Elegi Kamis Pagi.


                                                                           Dien Iqbal, 10 Oktober 2012, 11.42 AM

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

0 komentar:

Posting Komentar