Indonesia, sekilas tak ada ragu
akan kebesaran bangsa yang sumber daya budaya dan manusianya melimpah ruah.
Dulu bangsa ini pernah Berjaya dengan menyandang gelar macan asia karena
perkembangan ekonomi , teknologi dan sosio politiknya yang begitu pesat pasca
kemerdekaan dan chaos tahun 1966. Namun kejayaan itu perlahan tapi pasti mulai
runtuh berganti dengan problematika yang patah tumbuh hilang berganti. Patah
satu tumbuh seribu, hilang kecil muncul lebih besar.
Permasalahan terkini yang bisa
dengan mudahnya kita ketahui tentu saja permasalahan degradasi moral pemuda dan
kepemimpinan. Tak ada lagi Soekarno yang kharismatik itu, tak ada lagi Buya
Hamka yang cerdas lagi religious itu, tak ada lagi Hatta yang jujur tapi tegas
itu, tak ada lagi Soedirman yang gagah berani itu. Kini sosok-sosok negarawan
itu diganti oleh mereka-mereka yang membawa Indonesia hingga pada kondisi saat
ini.
Pertanyaan besar bagi pemuda kini adalah, mau jadi apakah masa mudamu dan masa depanmu? Kenapa tentang bangsa kita akan selalu berbicara tentang pemuda? Karena kita bicara masa depan makan kita akan selalu bicara pemuda, kita akan selalu bicara tentang generasi muda. Hal ini dipertegas dengan pernyataan tokoh-tokoh dan pemimpin dunia.seperti yang pernah disampaikan seorang tokoh pembaharu mesir, Hassan Albanna, “jika kamu ingin melihat masa depan suatu bangsa, lihatlah keadaan pemudanya”. Soekarno, proklamator sekaligus presiden pertama Indonesia dalam pidatonya juga menegaskan vitalnya peran pemuda terhadap masa depan bangsa. Dalam pidato tersebut Soekarno mengatakan, “berikan aku seratus orang maka aku akan memindahkan Gunung Semeru dari tempatnya, tapi berikan aku 10 orang pemuda yang menggelora cintanya bagi bangsa, maka aku akan mengguncang dunia”. Mengapa sampai demikian besar perhatian dua tokoh dunia tersebut terhadap pemuda? Karena potensi yang dimiliki oleh kaum muda merupakan modal utama untuk membangun bangsa yang lebih baik.
Dewasa ini memang sudah mulai
banyak gerakan-gerakan luar biasa yang dilakukan oleh pemuda bangsa, hal yang
paling terasa adalah dari sektor ekonomi berupa meningkatnya jumlah
wirausahawan. Menurut data Badan Pusat Statistik, jumlah wirausahawan per
Januari 2012 mencapai 3,75 juta orang atau 1,56 persen dari total penduduk
Indonesia. Kenaikan ini drastis mengingat pada 2010 tercatat angkanya masih
0,24 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sudah mulai timbul optimism menuju
Indonesia mandiri secara ekonomi. Namun apakah itu sudah cukup? Kapan akan
muncul sosok-sosok negarawan seperti Soekarno, Hatta, Hamka, Soedirman? Masih
jauh rasanya, masih panjang jalannya. Lalu apakah kita harus menunggu berdiam
diri? Jawabannya bangkit! Setiap diri kita adalah negarawan, setiap diri kita
adalah pemimpin. Setiap kita adalah aktor perubahan bangsa.
Untuk itu, sudah saatnya
membangun optimisme diri sebagai pemuda, sebagai pribadi yang nantinya
mengemban tugas meneruskan perjuangan membangun peradaban bangsa. Diawali
dengan optimisme diri sendiri, optimisme untuk mampu melakukan hal-hal kecil yang
bermanfaat, dan optimisme untuk memulai segala bentuk kebermanfaat dari
sekarang. Karena nantilah saatnya, hal-hal besar akan terjadi karena kita mampu
mengatasi hal-hal kecil. Setiap diri kita adalah negarawan, setiap diri kita
adalah pemimpin. Setiap kita adalah aktor perubahan bangsa. Mari bangkit,
menjadi satu, untuk Indonesia Optimis!
Dien Iqbal, Gresik, 28 Juni 2012 01.15 AM
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO