Catatan Lebah Muda

Catatan kecil pemuda di kaki langit

Rabu, 26 Juni 2013

Tawan




Senja datang tanpa menyapa dan memberi pertanda
Bunda datang membawa pikulan dari pasar
Bapak datang membawa kaleng biskuit lebaran
Orang-orang datang dan pergi sesukanya
Budak-budak makan sekena hati tuannya
Apakah pernah kau ketahui, ada sesuatu yang tak biasa
Yang seharinya hanyalah adalah temu yang biasa
Tak biasa bagi mereka yang tak terbiasa bertemu dengan yang tak biasa
Biasa bagi mereka yang terbiasa dengan yang biasa saja
Dan tak ada yang biasa dari ceritamu dan ceritaku
Aku sudah lama tertawan
Ada yang menawan dengan tak sadar
Aku yang tertawan dengan sadar
Ada yang menawan dengan menawan
Aku yang tertawan dengan kepasrahan
Ada yang menawan
Aku yang tertawan
Pernahkah kau lihat ujung malam pekat di tengah hujan pinggiran kotamu?
Ada yang setiap hari tertawan bicaramu
Ada yang setiap hari tertawan senyummu
Ada yang setiap hari tertawan anggunmu
Ada yang setiap hari tertawan lugas bicaramu
Ada yang setiap hari tertawan lembut tuturmu
Aku.

Dien Iqbal
Jakarta, 26 Juni 2013, 09:47 PM


Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Minggu, 23 Juni 2013

Suatu Hari




Suatu hari, jalan-jalan kian sepi
Pemuda-pemudi naik lagi ke tempat sembunyi
Tak ada lagi yang resah melihat pengemis di pinggir jalan cikini
Aku masih belum lupa dengan wajah-wajah memelas pedagang di stasiun UI
Akupun masih belum lupa wajah penjaja rokok dan miras yang masih muda-mudi
Jalan semakin jauh, aku menjauh, di tempat yang lain lagi
Suatu ketika, kelas-kelas telah sepi
Pemuda-pemudi menghilangkan diri
Guru tak lagi berarti
Bercuap dan berteriak mengabdi namun seolah tiada arti
Dimana muda-mudi?
Dimana anak ibu pertiwi?
Yang dulu gagah bernyanyi dan bersaksi
Kini tak lagi terdengar berbunyi
Dimana muda-mudi?
Dimana anak ibu pertiwi?
Yang dulu mencari ilmu kesana kemari
Kini guru hampir mati mencari mereka kesana-sini
Jalan-jalan telah sepi, menara-menara pemuas hati sesak terpenuhi
Katakan pemudamu telah pergi, katakan anak-anak ibu pertiwi sudah mati.
Menangislah ibu-ibu di malan hari
Mengamati buah hati yang sibuk mencari kopi
Harap dalam doa dan cinta ibu-ibu malam ini
Anaknya turun dan menyapa pejalan kaki
Memberi setidaknya sebuah senyuman di kelas-kelas pagi.
Pemuda-pemudaku, sapalah rakyatmu di pinggir jalan-jalan sore hari
Pemuda-pemudaku, masuklah kelas pagi-pagi.
Pemuda-pemudaku, masuklah masjid tiap adzan memanggil
Pemuda-pemudaku, penuhilah gereja ahad pagi
Pemuda-pemudaku, bangunlah subuh-subuh.

Dien Iqbal
Jakarta, 24 Juni 2013, 12:52 AM



Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Sabtu, 22 Juni 2013

Bapak Tuan, Ibu Nyonya



Bapak tuan, masihkah ingat dengan janji?
Bapak tuan, masihkah ingat dengan amplop-amplop putih itu?
Bapak tuan, masihkah ingat panggung-panggung meriah itu?
Bapak tuan, masihkah ingat lagu-lagu koplo yang kau putar itu?
Bapak tuan, masihkah ingat orasi-orasi miskin arti itu?
Bapak tuan , masihkah ingat kaos-kaos sablon murahan itu?
Bapak tuan, masihkah ingat aroma kecut penuh peluh itu?
Bapak tuan, masihkah ingat wajah-wajah yang kau bodohi?
Bapak tuan, masihkah ingat berbungkus nasi yang kau beri?
Bapak tuan, masihkah? Masihkah?
Ibu nyonya, masihkah ingat ibu-ibu dekil berdaster sore tadi?
Ibu nyonya, masihkah ingat menor rupa dandanmu sore tadi?
Ibu nyonya, masihkah ingat ibu-ibu yang menyanjung rupa palsumu sore tadi?
Ibu nyonya, masihkah ingat obat-obatan yang kau bayar sore tadi?
Ibu nyonya, masihkah ingat becek lumpur pasar sore tadi?
Ibu nyonya, masihkah ingat kecipak amis yang tak kau hiraukan sore tadi?
Ibu nyonya, masihkah ingat tangan najis yang kau anggap suci sore tadi?
Ibu nyonya, masihkah? Masihkah?
Bapak, tuan. Ibu, nyonya. Masihkah ingat?
Kini mereka telah mati, sekian, dan terimakasih.

Dien Iqbal
Jakarta, 22 Juni 2013, 11:35 PM


Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Jumat, 21 Juni 2013

ADA



Ada mahasiswa turun ke jalan
Ada mahasiswa diam di sudut kamar
Ada pemuda bersimbah peluh
Ada pemuda duduk menikmati cerutu
Ada bunda berdoa malam-malam
Ada anak memakinya
Ada malam-malam panjang penuh canda
Ada malam-malam penuh derita
Ada menara-menara di langit Sudirman
Ada puing-puing di stasiun Jakarta
Ada bocah-bocah berlarian main bola di jalanan
Ada bocah-bocah diperbudak peralatan
Ada pagiku cerah bersamamu
Ada pagiku hampa tanpamu
Ada siangku hangat merindukanmu
Ada siangku dingin tanpa candamu
Ada hari uang adalah tuan
Ada hari uang adalah hamba
Ada edelweiss mekar di savana papandayan
Ada bougenville mati di jalanan
Dimanakah kamu? Dimanakah peluh-peluh?
Dimanakah aku? Dimanakah kerut-kerut yang dulu? Kerut yang muncul karena marah.
Dimanakah ada? Dimanakah rasa? Dimanakah cinta?
Atau hanya kepastian ada dan tiada?
Ataukah hanya senda gurau belaka sebagai pemanis bualan kata-kata?

Dien Iqbal
Jakarta, 22 Juni 2013, 00:34 AM


Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO